Saturday, December 23, 2006

BONDOWOSO – BAGIAN SEJARAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

(Sebuah Catatan yang Terkumpul dari Perjalanan Lebaran 2006)

Seminggu di rumah budhe En, kakak almarhumah ibuku, di Bondowoso, ada beberapa hal yang mungkin kecil menurut para pengambil keputusan, tapi besar artinya bagi napak tilas sejarah suatu nagari, sekecil apa pun perannya …

Stasiun Kereta Api yang tidak lagi dimanfaatkan dan hampir runtuh, padahal pernah ada kisah heroik yang melibatkan sebagian warga Bondowoso yang harus berkorban dalam peristiwa gerbong maut saat penjajahan Belanda. Melihat master piece di depan kantor DPRD nya aja adalah gerbong tsb, trenyuh rasanya melihat situsnya gak dilestarikan. Padahal, jalur rel kereta sampe ke Jember masih dipelihara.
Kenapa gak mencontoh Ambarawa yang bikin route wisata kereta. Khan bisa dibikin route wisata menelusuri kebun tembakau dan tebu PTP 27.
Kenapa gak mencontoh Kuala Lumpur yang bikin museum kereta, trous mengemasnya menjadi sajian wisata, bagian dari promosi visit Malaysia yang bisa menarik banyak wisatawan domestic maupun internasional.

Rumah kuno, ada yang dirawat, tapi lebih banyak yang hampir ambruk.
Kenapa gak ada city society untuk melestarikan benda-benda kuno yang apik designnya itu ya? Coba contoh Yogya Heritage yang sampe bikin majalah “Kabare”, yang punya kontribusi untuk melestarikan budaya setempat.

Sebetulnya, kalau kita mau … hal-hal kecil ini bisa jadi potensi yang akan berkontribusi besar buat kemajuan pariwisata daerah di Indonesia.
Ya, kita kaya budaya dan ragam pemandangan eksotik di seluruh penjuru negeri, tapi tak satu pun kita coba optimalkan penanganan maupun pemasarannya.
Kita terlalu terlena, atas mimpi gemah ripah loh jinawi sekian ratus tahun lalu, sehingga kita alpa untuk tak hanya melestarikan tapi juga mengolah dan mengemasnya jadi suatu daya pikat yang mengundang respek penduduk dunia atas negeri kita yang begitu kaya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home