Monday, February 27, 2006

Gajah Juga Sahabat Kita

Ini bulan ke enam sekembaliku dari Bakersfield, sebuah kota yang ramah di selatan California. Ada banyak kesan yang pengin kubagi, tapi koq ya kerjaan tiba-tiba udah numpuk dan rencana bikin rangkuman ringan jadi tertunda. Nah, malem-malem gini, seabis nonton republik bbm, sembari ngedengerin Requerdos de la alhambranya Fransisco Tarrega, aku coba memulai sesuatu yang tertunda ini.

Upssh ... ternyata ada crita lumayan seru seputaran camp. So, crita tentang trip to California di etape kedua aja ya.

Mungkin gak banyak yang tahu ya, kalau kusebut kota Duri?. Duri itu sebuah kota kecamatan, tiga jam jalan darat dari Pekanbaru, Riau. Terletak di pertengahan pulau Sumatra agak ke arah Utara-Timur. Nah, di kota kecil itulah aku jadi tukang insinyur. Tinggal di dalam sebuah camp yang lumayan luas. Meskipun fasilitas di dalamnya bisa dibilang lengkap, dari messhall sampai swalayan kecil, dari lapangan voli sampai lapangan golf, dari wisma untuk karyawan lajang hingga perumahan yang nyaman, jangan salah ... hutan perawan di dalam camp ini masih dipertahankan keasliannya. Hutan ini lumayan luas dan seperti memagari dua sisi camp kami. Hutan ini bersebelahan dengan sekian ratus hektar suaka margasatwa.

Nah, di sinilah cerita berawal.
Bertahun-tahun lalu, memang pernah ada gajah satu atau dua kesasar masuk ke dalam camp. Juga seekor macan yang sepertinya kehausan karena beliau hanya menuju ke kolam yang ada di dekat mesjid raya camp, minum, lalu menghilang ke dalam hutan. Jangan ditanya seberapa sering biawak melintas di jalan raya perumahan, ataupun tupai-tupai mungil yang masuk ke dalam rumah, serta burung rangkong yang beberapa kali dalam satu bulan selalu hinggap di dahan pohon dekat pos penjagaan kantor pusat.

Tahun lalu, seekor gajah sempat tertangkap kamera seorang karyawan tengah berada di taman sebuah rumah di dalam camp. Gede banget, dengan badan sepanjang setengah panjang rumah dan tinggi menyamai atap rumah.
Itu baru satu gajah yang nyasar. Tahun ini, tepatnya akhir February lalu ... penghuni rumah sepanjang perbatasan hutan camp tiba-tiba dikejutkan bunyi yang sangat keras, seperti tanaman-tanaman yang tercerabut. Dan sewaktu ada yang memberanikan diri ngeliyat keluar jendela, waduh ... ada sekawanan gajah keluar dari hutan. Mula-mula cuma empat, lalu muncul satu, lalu ... satu lagi, satu lagi. Ya ... sekitar 30-40 ekor, hampir semuanya gajah dewasa, cuma satu dua yang masih ABG. Ada satu yang cuma bergading sebelah. Mungkin embahnya :-)

Uniknya, mereka bergerak dalam diam, tidak menguak-uak seperti laiknya hewan dalam gerombolannya.
Karena kebetulan lokasi pemunculan mereka dekat dengan mesjid raya, satu keunikan lain juga tertangkap kamera. Ketika dari mesjid dilantunkan ayat-ayat suci yang biasa dikumandangkan menjelang maghrib, tiba-tiba sebagian kawanan gajah itu mengatur barisan. Mereka berjajar, berdiri menghadap ke arah barat dan seakan-akan menundukkan kepala sejenak.

Kalo ngeliyat kawanan gajah ini, kesian juga. Kayaknya lahan hunian mereka makin sempit karena sebagian besar pepohonan di hutan-hutan itu sudah ditebang, bahkan untuk kepentingan tertentu banyak juga lahan hutan yang dibakar, walaupun ada juga sebagian lahan hutan yang terbakar alami akibat kekeringan yang berkepanjangan sehingga gesekan pepohonan bisa menimbulkan percikan api. Memang sehari sebelum kemunculan gajah-gajah ini, asap mulai turun dan makin pekat di seputaran Duri. Memerahkan langit dan menyesakkan nafas. Mungkin pembakaran demi pembakaran yang selalu berulang setiap tahun inilah yang membuat kawanan gajah ini terdesak dan akhirnya terpaksa merambah ke hutan camp yang luasnya hanya secuil kalau dibandingkan luasnya hutan-hutan yang sudah mulai gundul di pulau ini.

Sampai hari ini masih ada satu dua yang terlihat keluar masuk dari hutan camp.
Moga-moga, kawanan gajah ini tertangani dengan baik, tidak terluka dan dapat kembali merasakan nikmatnya bermain dalam habitat asli mereka tanpa diganggu pemburu liar ataupun pembakar hutan yang semata hanya mengejar materi tanpa mengingat resiko bila keseimbangan ekosistem keseluruhannya terganggu akibat ulah tidak bertanggung jawab mereka.

= nennot yang lagi di "tengah alas" =